Persoalan di DAS Air Bengkulu adalah salah satu contoh keterkaitan antara ekosistem sungai dengan ekosistem pesisir. Persoalan kerusakan DAS Air Bengkulu, yang terutama disebabkan oleh pencemaran limbah batubara harus dituntaskan mulai dari tingkat hulu, yakni proses penggalian yang sebagian besar terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Oleh: Oka Ardiansyah
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pesisir merupakan wilayah batas
pertemuan antara dua ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut.
Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga daerah
pertemuan kedua ekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim. Pertemuan
antara ekosistem darat dan laut ini pada akhirnya menciptakan suatu
keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanya hubungan
timbal-balik, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Hubungan ini akan
mencapai titik klimaks pada saat kesetimbangan dan kestabilan ekosistem telah tercapai.
Jika kita mengikuti aliran dari
sebuah sungai yang airnya bersumber dari mata air di pegunungan, maka kita akan
menemukan berbagai macam komunitas berbeda yang dilalui oleh sungai tersebut
hingga tiba di daerah pesisir dan laut. Kondisi fisik sepanjang aliran sungai
dari hulu sampai hilir akan berpengaruh secara fisik terhadap kondisi pesisir.
Makalah ini memberi gambaran tentang contoh keterkaitan ekosistem sungai dengan
ekosistem pesisir di muara Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu.
1.2.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun sebagai
tugas mata kuliah pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dalam Program
Pascasarjana PSL Universitas Bengkulu, yang dimaksudkan untuk memberi gambaran
keterkaitan ekosistem sungai dengan ekosistem pesisir, dari contoh permasalahan
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Air Bengkulu.
II.
KASUS
DAMPAK PENGELOLAAN DAS AIR BENGKULU TERHADAP EKOSISTEM PESISIR
2.1.
Gambaran
Umum DAS Air Bengkulu
DAS Air Bengkulu mencakup daerah seluas 51.500
hektar di dua kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu, yaitu Kabupaten Bengkulu
Tengah dan Kota Bengkulu. DAS Air
Bengkulu berbatasan dengan DAS Tanjung Aur dan Babat di sebelah timur; Samudra
Hindia di sebelah selatan; DAS Air Hitam dan Air Lemau di sebelah Barat; dan
DAS Sungai Musi di sebelah Utara.
Tutupan lahan di DAS Air Bengkulu
sebagian besar merupakan campuran dari pertanian lahan kering (dryland farming/DF)
mencakup area seluas 43.775 ha, sama dengan 85% luas DAS. Pertanian lahan
kering adalah pertanian campuran dengan hasil panen tahunan, misalnya palawija
dan padi, dan penanaman dengan hasil
panen multi-tahunan, seperti kopi dan karet. Pertanian lahan kering di DAS Air
Bengkulu hampir tersebar merata di seluruh area DAS. Hutan sekunder (secondary forest/SF) dan Pemukiman (settlements/St) mencakup 4% luas DAS.
Semak belukar (Shrubs/Sh) mencakup
area seluas 1.030 ha atau 2% dari luas DAS. Area semak belukar berasal dari
lahan pertanian yang ditinggalkan ketika produktifitas pertanian terus menurun.
Sisa 5% luas DAS adalah kombinasi dari lahan sawah (Paddy fields/PF), hutan
rawa (swamp forest/SF), dan lahan
basah atau danau (wetlands/W).
Wilayah DAS Air Bengkulu mencakup dua daerah
administrasi: Pemerintah Kota Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Bengkulu
Tengah. Sehingga, bukan satu dinas pemerintahan saja yang mengatur DAS ini.
2.2. Permasalahan DAS Air Bengkulu
Aktifitas yang dianggap kritis dalam hubungannya
dengan sumberdaya air di DAS Air Bengkulu, yaitu: pertambangan di daerah hulu;
pengumpulan tailing batu bara di sungai; pabrik karet;
Terdapat empat perusahaan pertambangan batu bara di
daerah hulu DAS Air Bengkulu yaitu: PT Danau Mas Hitam (DMH); PT Inti Bara
Perdana (IBP); PT Bukit Sunur; and PT Emerat Treden Agency (ETA). PT Danau Mas
Hitam (DMH); PT Inti Bara Perdana (IBP); PT Bukit Sunur; dan PT Emerat Treden
Agency (ETA). Dua perusahaan pertama yang disebutkan beroperasi di Air Kandis
di sebelah selatan Bukit Sunur, Desa Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah
di lahan seluas 800 ha.
Pertambangan batu bara di bagian hulu adalah sumber
utama produksi batu bara di Provinsi Bengkulu. Terdapat enam konsesi
pertambangan batu bara di provinsi dengan total produksi sekitar 1,8 juta ton
pada tahun 2009. Empat perusahaan di antaranya berlokasi di bagian hulu DAS Air
Bengkulu. Saat ini, pemerintah daerah telah memberikan ijin lain untuk
perusahaan tambang batu bara, PT Bio Energi, untuk beroperasi di konsesi
tambang batu bara yang baru di daerah hulu DAS Air Bengkulu. Pertambangan batubara di Provinsi Bengkulu
diklasifikasikan dalam pertambangan skala kecil dengan rata-rata 50 tenaga
kerja lokal pada tiap perusahaan. Sebagian besar bekerja mencuci batu bara dan
sebagai sekuriti (Dinas ESDM Provinsi Bengkulu, 2010).
Kegiatan pertambangan menyebabkan deforestasi, erosi
lahan dan pencemaran sungai. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain,
pertambangan batu bara berkontribusi dalam degradasi lingkungan, air dan tanah.
Pencemaran air adalah masalah penting di DAS Air
Bengkulu. Penambangan barubara secara langsung berkontribusi menyebabkan
pencemaran air, terutama selama proses ekstraksi pemisahan batu bara dan
sulfur. Sisa tambang mencemari sungai, menyebabkan air keruh dan asam, serta
menyebabkan pengendapan dan pendangkalan di sungai. Sisa tambang mengandung
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia jika air yang terkontaminasi bahan tersebut
dikonsumsi. Sisa tambang mengandung sulfur (S), merkuri (Hg), Hidrogen sianida
(HCN), Mangan (Mn), sulfuric acid (H2SO4), dan
timbal (Pb). Hg dan Pb adalah logam berat yang diantaranya dapat menyebabkan
kanker. Selain itu, air juga tercemari oleh pencucian batu bara. Pencucian
dilakukan dengan menggerinda batu bara menjadi ukuran-ukuran kecil dan kemudian
mencucinya. Potongan-potongan tersebut dimasukkan ke dalam tangki yang dipenuhi
air, batu bara akan mengambang dan yang tidak murni akan tenggelam.
Dua pabrik karet yang terletak di sepanjang Sungai
Air Bengkulu: PT. Bukit Angkasa Makmur (BAM) dan PT. Batang Hari, terletak di
Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah. Bahan baku pabrik dikirim
dari banyak kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah dimana perkebunan karet
banyak dimiliki oleh masyarakat dan beberapa perkebunan besar yang dimiliki
perusahaan. Tenaga kerja pabrik berasal dari masyarakat sekitar pabrik, tetapi
kebanyakan pegawai tinggi berasal dari Jawa. Terdapat kesulitan akses untuk
mendapatkan informasi dari industri ini.
Beberapa sumber mengatakan bahwa pada tahun 1980
kedalaman Sungai Air Bengkulu mencapai hampir lima meter di daerah hilir dan
airnya jernih. Namun, sejak penambangan batu bara mulai beroperasi, bentuk
pemanfaatan lain dari sungai, seperti perikanan dan transportasi mengalami
penurunan. Sungaipun juga mengalami pendangkalan.
Pendangkalan di Sungai Air Bengkulu dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, misalnya pencucian batu bara, deforestasi dan erosi.
Deposit bata bara meruapakan sebab utama pendangkalan sungai, yang tertimbun
sejak pertambangan mulai beroperasi pada tahun 1980.
2.3. Dampak Kerusakan DAS Terhadap Ekosistem Pesisir
Kerusakan ekosistem yang terjadi di hulu DAS ini
berakibat secara nyata pada wilayah hillir, hingga di muara dan mempengaruhi
ekosistem pesisir.
Sisa batubara bekas pencucian yang menjadi limbah sudah memenuhi Sungai
Bengkulu bahkan terbawa hingga ke laut. Hal tersebut mengganggu kondisi ekosistem
perairan di pesisir. Substrat batubara yang terbawa hingga ke perairan
Bengkulu itu akan menutupi karang sehingga pertumbuhannya terganggu. Jika batubara
menutupi terumbu karang maka bukan tidak mungkin karang tersebut akan mati dan
merusak pesisir sebagai tempat pemijahan bagi berbagai biota laut.
Nelayan di Kelurahan Malabero, Kota Bengkulu juga mengeluhkan pendapatan
yang berkurang akibat limbah batu bara mencemari Sungai Bengkulu hingga laut
menghabiskan populasi ikan di sungai tersebut.
III.
PENUTUP
Persoalan di DAS Air Bengkulu adalah salah satu contoh keterkaitan antara
ekosistem sungai dengan ekosistem pesisir. Persoalan kerusakan DAS Air
Bengkulu, yang terutama disebabkan oleh pencemaran limbah batubara harus dituntaskan
mulai dari tingkat hulu, yakni proses penggalian yang sebagian besar terdapat
di Kabupaten Bengkulu Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah O. dan Mustikasari R., 2011. Gambaran
Permasalahan DAS Air Bengkulu. Telapak. Bogor.
BPDAS Ketahun, 2006.Profil
Kondisi Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu, Kota Bengkulu.
Dinas ESDM Provinsi Bengkulu,
2010.
Produksi Tambang Provinsi Bengkulu; Kota Bengkulu.
LKBN ANTARA,2012.
Nelayan Bengkulu Keluhkan Pencemaran Batubara: http://www.antaratv.com/berita/255674/nelayan-bengkulu-keluhkan-pencemaran-batu-bara
0 comments :
Posting Komentar