Yayasan Ulayat Bengkulu

Air Bengkulu tercemar Merkuri dan Arsenik


Hasil riset Komisi Penghapusan Bensin Bertimber (KPBB) yang bekerja sama dengan kementerian lingkungan hidup dan Blacksmith institut indonesia dalam riset global inventory program (GIP) disepanjang DAS Air Bengkulu dengan menggunakan XRF Inno  System menemukan kandungan logam Merkuri (Hg) dan Arsenik serta kandungan logam lainnya.

Penelitian yang bertujuan membuatdatabase kesehatan masyarakat yang disinyalir terkena dampak logam berat, polusi, pencemaran terutama yang diakibatkan kegiatan industri itu, mengambil sampel tanah dan air di Desa Penanding dan Desa Surau Bengkulu Tengah.

“Ada merkuri dengan tingkat kandungan cukup tinggi di topsoil sepanjang pinggiran sungai Air Bengkulu sampai 15 Part per mil-lion (PPM) dan Arsenik mencapai 21 PPM didesa Penanding. Sedangkan  air di desa Surau tidak ditemukan kandungan Markuri, namun kandungan Arseniknya mencapai 18 PPM,” kata koordinator Riset KPBB Karya Ersada saat dihubungi via telpon kemarin malam, Kamis (18/8).

Menurut Karya, logam sangat berbahaya bagi kesehatan. Celakanya, kadar merkuri tersebut sudah mengalir ke sungai. Dikwatirkan bila di hilir sungai terdapat bendungan atau semacam penampungan. Karena di bendungan tersebut kandungan Merkuri dan Arsenik mengendap dan terakumulasi. “ini yang paling kami kwatirkan, mudah-mudahan tidak sampai menumpuk  dan mengakumulasi, memang tidak serta merta kita lansung sakit, tapi secara perlahan akan membahayakan, cukuplah Minamata Jepang Merkuri memakan korban jiwa,” ujar Karya.

Bahkan, tambah karya, Merkuri menjadi semakin berbahaya bila berada didaratan dibandingkan didalam air. Bila di darat ketika terjadi penguapan, merkuri akan menguap terbawa udara dan terbang kemana-mana. “Di air merkuri terndap didalam air saja dan korbannya hanya masyarakat sekitar sungai, tapi beda dengan bila merkuri sampai menguap keudara bisa kemana-mana dia meracuni orang”, kata Karya. 

Untuk zat logam lainnya, tambah karya, ditemukan dalam endapan tanah di dasar sungai dan tanah di pinggiran sungai antara Mangan 210 PPM, Besi 1596 PPM dan Titanium sebanyak 1026 PPM. Di Surau titaniumnya sebanyak 2285 PPM. 

Terkait kemungkinan logan berat ini ditimbulkan sebagai akibat aktivitas tambang batu bara yang banyak berada di hulu Air Bengkulu, Karya enggan menanggapinya.. namun demikian, direncanakan jika tidak ada halangan, besok Jum’at (19/8), tim peneliti sekembali dari Lebong akan lansung mengadakan presentasi di BLH Propinsi Bengkulu untuk memaparkan hasil temuan tersebut.

“Belum bisa divonis dari batu bara atau apa, inikan masih temuan sementara dulu. Besoklah kalau tim cepat selesai dari Lebong,  kami akan presentasi di BLH Propinsi Bengkulu,” ujar Karya. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Zenzi tidak menampik temuan yang sudah di paparkan oleh tim peneliti tadi. Kendati demikian tidak sempat menghadiri lansung penelitian kemarin (18/8), Zenzi yang sudah menerima laporan lisan yang disampaikan timnya. “Besok kami juga mau konferensi pers kalau tidak ada halangan, mudah-mudahan tim juga cepat sampai kebengkulu,” ujar Zenzi. (jek)

Sumber: RadarBengkulu
Published Ulayat Bengkulu
Share on Google Plus

About Ulayat Blog

Ulayat Adalah Organisasi Non Pemerintah yang didirikan pada tanggal 26 januari 2000 di Bengkulu. Aktivitas utama Ulayat meliputi pelayanan masyarakat di dalam dan sekitar hutan, melakukan pemantauan kasus-kasus kehutanan dan perkebunan, melakukan inventarisasi model-model pengelolaan sumberdaya alam berbasis rakyat dan advokasi kebijakan lingkungan di Indonesia.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Posting Komentar