“Nasi Tumpeng”atau bagi sebagian orang biasa menyebutnya dengan “Tumpeng” saja, adalah sajian khas, yang terbuat nasi kuning, dan biasanya berbentuk kerucut, yang biasanya banyak dijumpai di setiap perayaan acara, baik di tiap acara “selamatan”,maupun “Syukuran”. Dalam setiap acara tersebut, : “Nasi Tumpeng” itu nantinya akan disajikan pada saat puncak acara berlangsung.
Dengan bentuknya yang unik namun sederhana, memang sangat pantas untuk disajikan di setiap moment atau acara – acara istimewa. Selain bentuk dari nasi tumpeng tersebut, aneka hiasan – hiasan dari lauk pauk yang selalu menyertai nasi tumpeng, membuat“nasi Tumpeng” menjadi ikon ceremonial yang bukan hanya membanggakan namun juga terkenal sampai ke Negara tetangga. Dalam setiap perayaan, nasi tumpeng nantinya dipotong pada bagian puncak, dan kemudian diserahkan pada orang tuaatau orang yang “dituakan” sebagai penghormatan
Namun dibalik lezatnya nasi tumpeng, dan riuhnya hiasan – hiasan yang selalu setia menemani nasi tumpeng, tersembunyi sebuah makna yang sangat mendalam. Sebuah ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, atas rahmat yang telah diberikan. Selain itu, terkandung juga sebuah renungan dan ajaran mengenai makna hidup tentang “kebersamaan”,“Kekeluargaan”, dan “kerukunan”, dimana, walau dalam keadaan sesulit apapun, tidaklah serta merta kita beranggapan bahwa kita hidup sendiri di dunia ini.
Tepat pukul 22.00 Wib (31/12/10), bertempat di halaman kantor Yayasan Ulayat Bengkulu, digelar acara pemotongan nasi tumpeng, dalam rangka merayakan hari ulang tahun Yayasan Ulayat Bengkulu yang ke – 12, sekaligus merayakan moment pergantian tahun.
Senyum sumringah para undangan, melepas kepenatan sesaat sebelum memasuki babak baru di 2012 terlihat di setiap wajah para undangan maupun di tiap Personal Ulayat sendiri, saat merayakan detik – detik menjelang tahun baru, sekaligus merayakan ulang tahun Ulayat Bengkulu yang ke – 12.
Dalam acara yang digelar Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB) tersebut, partisipasi undangan yang tidak biasanya, memadati halaman kantor Yayasan Ulayat Bengkulu, hadir undangan dari beragam element, diantaranya, Yayasan Konservasi Sumatera (YKS), Komisi Penyiaran Independen Daerah (KPID) Bengkulu, Panitia Pengawas Pemilukada (panwaslukada)Kota Bengkulu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bengkulu, perwakilan darimasyarakat dampingan, dan perorangan.
Tidak ada yang mengira bahwa umur YUB memasuki 12 tahun, umur yang masih terbilang muda. Namun tidak ada juga yang mengira bahwa walaupun telah berumur 12 tahun, ulayat masih tetap memiliki konsistensi dalam perjuangannnya, agar terciptanya pengelolaan SDA yang demokratis dan lestari, berdikari secara ekonomi, berdaulat dalam bidang politik dan bermartabat budaya.
Butuh waktu yangtidak singkat, dan butuh perjuangan yang lebih keras lagi dalam mewujudkan cita– cita ulayat, yang hampir sama dengan konsep trisaktinya bung karno tersebut.
Puncak acarapun tiba, dengan dilakukannya pemotongan dan penerimaan tumpeng dengan bentuk 3 tingkatan ini yang dilakukan oleh Dewan Pendiri, Dickson Aritonang, Direktur Eksekutif, Oka Andriansyah, Kepala Desa Kota Titik, Zakaria, Hexa Prima Putra Yayasan Konservasi Sumatera. Seperti biasa pemotongan tumpeng yang sering dilakukan disetiap acara syukuran, moment yang sekaligus bertepatan dengan pergantian tahun tersebut pun tak luput dari moment introspeksi bagi Ulayat, dengan bersamaan memasuki usia yang baru dan tahun yang baru, akan menjadi pembelajaran kedepan dalam menguatkan kembali strategi – strategi maupun perencanaan kedepan bukan hanya demi cita – cita ulayat semata, melainkan jugademi cita – cita kita bersama. Selamat tahunBaru 2012. [Benny Ritonga]
0 comments :
Posting Komentar