Yayasan Ulayat Bengkulu

Mengapa Jurnalisme Lingkungan Penting..

Sebelum membahas jurnalisme lingkungan, ada baiknya kita perhatikan kondisi lingkungan kita saat ini. Cuaca ekstrem, banjir, tsunami, dan seterusnya merupakan dampak dari pemanasan global. 

Bila Anda sempat menonton film Incovenient Truth kreasi Al Gore, keganasan efek pemanasan global memang benar-benar dahsyat. Es di kutub utara dan selatan meleleh, es di gunung-gunung dunia mendadak lenyap, juga naiknya permukaan air laut. Ini semua membuat bulu kuduk kita merinding karena disebut-sebut peradaban manusia akan segera sirna akibat dahsyatnya efek pemanasan global.

Tidak hanya insan manusia saja yang kalangkabut. Ternyata insan pers (media) pun memahami gentingnya situasi ini. Media mempunyai tanggung jawab besar sesuai fungsinya: edukatif, informatif, dan hiburan. Saluran media yang terbukti mampu mempengaruhi perilaku manusia membuatnya menjadi ruang yang tepat untuk mengkampanyekan aktivitas ramah lingkungan.

Pencerahan :
Mengingat pentingnya informasi mengenai kondisi lingkungan ini, di dunia jurnalisme muncul semacam genre baru yang mengulas informasi dengan pandangan (view) lingkungan. Berita-berita yang ditulis dikaitkan dengan aspek lingkungan yang mungkin terjadi. Lingkupnya tidak terbatas pada berita lingkungan hidup saja, tetapi juga politik, hukum, budaya, hingga sosial yang mempunyai kaitan erat dengan aspek lingkungan.

Jurnalisme lingkungan menitikberatkan pada persoalan lingkungan seperti banjir, erosi tanah, sampah, dan seterusnya. Meski bersinggungan intensif dengan masyarakat, namun faktanya hal itu masih saja sering abai dilakukan.

Jurnalisme lingkungan hadir untuk memberi pencerahan, informasi sekaligus edukasi mengenai tata cara perbaikan kondisi lingkungan. Lingkungan yang kian rusak butuh banyak pendorong untuk memperbaikinya.

Jurnalisme lingkungan berfungsi untuk melakukan proses persuasif (mengajak) dan inspiratif dalam memperbaiki kondisi lingkungan hidup. Namun demikian, istilah-istilah yang bersifat ilmiah seringkali menyulitkan pembaca untuk menangkap maksud jurnalisme lingkungan ini. Seperti contoh, kata banjir rob (air laut ke daratan) atau deforestasi (penggundulan hutan).

Kendala :
Jurnalisme lingkungan tidak lantas gampang dilakukan. Setidaknya, kendala yang menghambat jurnalisme lingkungan sebagai berikut.

1. Ruang berita yang kurang memadai.
Berita-berita mengenai lingkungan acapkali ditampilkan di halaman belakang atau paling banter tengah halaman. Jadi headline ketika terjadi bencana besar. Contohnya, tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain.

2. Nilai berita yang sedikit.
Bagi kalangan pers yang memegang teguh bad news is good news, lingkungan hidup tidak memenuhi kriteria tersebut. Jangankan dibuatkan kolom atau rubrik khusus, menampilkan beritanya secara berkala pun masih seringkali sulit.

3. Butuh pengetahuan yang memadai.
Jurnalis atau pewarta tentang lingkungan hidup bukan saja membutuhkan data dan fakta melainkan juga pengetahuan yang komprehensif mengenai lingkungan hidup. Ketika syarat ini tidak dipenuhi, boleh dipastikan bahwa pemberitaannya hanya akan menyentuh lapis luar, belum menyentuh inti berita (substansi).

Published Ulayat Bengkulu
Share on Google Plus

About Ulayat Blog

Ulayat Adalah Organisasi Non Pemerintah yang didirikan pada tanggal 26 januari 2000 di Bengkulu. Aktivitas utama Ulayat meliputi pelayanan masyarakat di dalam dan sekitar hutan, melakukan pemantauan kasus-kasus kehutanan dan perkebunan, melakukan inventarisasi model-model pengelolaan sumberdaya alam berbasis rakyat dan advokasi kebijakan lingkungan di Indonesia.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :

Posting Komentar